..ketika bapak puber kedua

Cerita ini bukan fiktif, kenyataan yang terjadi dari “orang-orang” disekitarku. Kuceritakan kembali tak kutambah2i.. tak pula kukurang2i..

Cerita 1

Setahun sudah, aku tak lagi menaruh rasa hormat pada bapakku. Aku bahkan sudah tak lagi merasa punya bapak. Bapakku beristri lagi, istri mudanya bahkan seumuran denganku, anak sulungnya.. anak perempuan satu2nya. Aku, ibuku, dan ketiga adikku yang masih kecil tak berdaya ketika virus puber kedua menggerogoti jiwa bapakku. Bapakku tak lagi menjadi milik kami, aku, ibuku, dan adik-adikku. Ibu, dengan luka hatinya tetap tegar dan berjuang demi kami, karena tak mungkin lagi mengharap dari bapak yang hanya seorang karyawan pabrik bergaji rendah.

Siang itu, ku kirimkan sms pada bapak. Mengabarkan adikku sakit. Istri barunya mengirim sms balasan, katanya urus diri masing-masing.

Siang itu pula, aku dan ibu sedang melintas di jalan, kami mau ke rumah paman (saudara bapak), dan betapa terkejutnya aku, disana ada bapak yang sedang mengayun anak dari istri mudanya (saudara tiri se-bapak-ku) dengan penuh sayang. Aku marah, aku meledak, aku datangi bapakku, aku mengamuk sejadi-jadinya, dan akhirnya bapak menamparku..

Bapak menamparku, cukup keras hingga meninggalkan bekas memar bergambar tangannya, sakit, tapi tak seberapa dibandingkan rasa sakit yang aku rasakan didalam hatiku.

Bapak, masih pantaskah kau untuk kupanggil bapak??


Cerita 2

Bapakku bukan lagi bapakku..
Bapakku yg sekarang, aku tak lagi mengenalnya. Sering aku mendapati ibuku menangis diam-diam. Aku tak berani bertanya, tapi aku tahu ada sesuatu yang tak beres.

Dari bisik-bisik tetangga yang tak sengaja kudengar, aku akhirnya tahu, bapakku sedang kesengsem dengan seorang guru yang berstatus janda, yang mengajar disekolah yang sama dengan bapak. Rupanya bapakku terjangkit virus puber-kedua. Sadarlah aku bahwa semua takkan pernah sama lagi, perlahan tapi pasti aku kehilangan rasa hormatku, rasa sayangku berubah jadi benci. Tunggu saja pembalasanku, bapak. Akan kuhancurkan kuliahku, akan kuhamburkan uang yang kau kirimkan untukku tiap bulan, aku berjanji untuk setiap tetes air mata yang dijatuhkan ibu.

Bapak, masih pantaskah kau untuk kupanggil bapak??


*bogor, di akhir tahun yang panas..



Komentar

Postingan populer dari blog ini

SMS

(bukan) CINTA

Ketika kopi darat dengan buaya darat